Langsung ke konten utama

TIPS SAAT SALAH PILIH JURUSAN

  MASUK  JURUSAN KULIAH YANG TIDAK COCOK



A.  PEMBAHASAN

Menentukan jurusan kuliah termasuk salah satu keputusan besar dalam kehidupan seseorang. Pasalnya, keputusan tersebut biasanya besar lengan berkuasa besar bagi perjalanan karier dan masa depan seseorang.
Mempelajari sesuatu yang tidak sesuai minat, talenta dan kemampuan, merupakan pekerjaan yang sangat tidak menyenangkan, apalagi kalau itu bukan kemauan / pilihan anak, tapi desakan orang tua. Belajar karena terpaksa itu akan sulit dicerna otak alasannya sudah ada blocking emosi. Kesal, marah, sebal, sedih, itu semua sudah memblokir efektivitas kerja otak dan menghambat motivasi. Memilih jurusan kuliah sesuai dengan saran sahabat atau trend, padahal tidak sesuai dengan minat diri juga punya dampak psikologis, yakni menurunnya daya tahan terhadap tekanan, konsentrasi dan menurunnya daya juang. Apalagi kalau pelajaran kian sulit, masalah semakin bertambah, bisa menjadikan kuliah terancam terhenti di tengah jalan.
Problem akademis yang bisa terjadi jika salah mengambil jurusan kuliah yaitu, menyerupai prestasi yang tidak optimum, banyak mengulang mata kuliah yang berdampak bertambahnya waktu dan biaya, kesulitan memahami materi, kesulitan memecahkan persoalan, ketidakmampuan untuk berdikari dalam belajar, dan buntutnya yakni rendahnya nilai indeks prestasi. Selain itu, salah menentukan jurusan kuliah bisa mempengaruhi motivasi belajar dan tingkat kehadiran. Kalau makin sering tidak masuk kuliah, makin sulit memahami materi, makin tidak suka dengan perkuliahannya balasannya makin sering bolos. Padahal, tingkat kehadiran mempengaruhi nilai.
Salah menentukan jurusan kuliah membuat anak tidak nyaman dan tidak percaya diri. Ia merasa tidak bisa menguasai bahan perkuliahan sehingga ketika hasilnya tidak memuaskan, ia pun merasa minder alasannya merasa dirinya bodoh, dsb hingga beliau menjaga jarak dengan sahabat lain, makin pendiam, menarik diri dari pergaulan, lebih bahagia mengurung diri di kamar, takut bergaul alasannya takut kekurangannya diketahui, dsb. Atau, anak bisa jadi bergairah alasannya kompensasi dari inferioritas di pelajaran. Karena beliau merasa kurang di pelajaran, maka beliau berusaha tampil hebat di lingkungan sosial dengan cara misal, mendominasi, mengintimidasi anak yang dianggap lebih pandai, dan sebagainya.
Berikut yakni salah satu teladan masalah salah menentukan jurusan di Perguruan Tinggi.

Akibat Salah Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi

Memilih jurusan di perguruan tinggi sering diwarnai alasan-alasan pragmatis. Mudah mendapat pekerjaan, uang, atau imej merupakan alasan-alasan yang dominan. Itu saya alami ketika mau kuliah. Saya menentukan jurusan yang tidak sesuai dengan kepribadian saya. ketika masih di SMA, saya tidak memahami pentingnya relasi antara talenta dan pemilihan jurusan. Tidak ada informasi dari guru ataupun orang renta pentingnya mengambil jurusan sesuai bakat. Yang terlintas dalam pikiran yakni bagaimana biar punya gelar dan bisa kerja. Bagi orang renta saya pun- itu sudah cukup.
Tahun 1982, saya berangkat ke Jakarta dengan naik kapal bahari Tampomas. Setelah datang di Jakarta, besoknya saya eksklusif berangkat ke Bandung untuk mengikuti ujian PERINTIS I, sebutan untuk ujian saringan masuk ke perguruan tinggi kelompok I (USU, UI, IPB, ITB, UNPAD, UGM, UNBRAW, ITS) pada waktu itu.
Ditemani oleh kenalan yang sudah dua tahun di Bandung, saya mengisi formulir registrasi ujian PERINTIS I. Saya tidak ragu menentukan Teknik Elektro sebagai pilihan pertama, tetapi tidak punya opsi untuk pilihan kedua. Setengah jam saya mempertimbangkan pilihan kedua, tetapi tidak ada opsi yang saya kenal dan menarik. 
Kenalan saya memberi beberapa usulan. Ia mengatakan jurusan Teknik Mesin, Teknik Industri, Teknik Kimia, Teknik Pertambangan dan Geologi. Semuanya saya tolak. Saya menolak jurusan Teknik Mesin alasannya takut tidak lulus. Ranking jurusan Teknik Mesin hampir sama dengan jurusan Elektro pada waktu itu. Bila gagal di jurusan Teknik Elektro, kemungkinan besar akan gagal juga di jurusan Teknik Mesin.
Saya menolak Teknik Industri alasannya jurusan ini mengatakan mata kuliah ekonomi, topik yang tidak saya sukai di SMA. Jurusan Teknik Kimia juga saya tolak alasannya kapok dengan pelajaran Kimia Karbon di kelas III SMA. Jurusan Teknik Pertambangan dan Geologi saya tolak alasannya tidak pernah mendengar jurusan-jurusan ini.
Kenalan saya mengatakan usulan terakhir. "Bagaimana kalau jurusan Teknik Perminyakan?" "Jurusan ini ihwal apa?" tanya saya. "Kalau lulus dari Teknik Perminyakan uangnya banyak." sahutnya. Langsung saya katakan, "Ini saja." Saya pun menentukan jurusan Teknik Perminyakan sebagai pilihan kedua.
Beberapa waktu kemudian, hasil ujian PERINTIS I diumumkan. Ketika saya baca hasilnya di koran, nama saya tidak muncul di jurusan teknik Elektro, tetapi muncul di jurusan Teknik Perminyakan ITB. Saya sangat senang.
Hanya dua bulan saya menikmati kuliah di Teknik Perminyakan. Setelah itu, minat kuliah sirna. Minat semakin memudar mendengar info bahwa untuk lulus dari jurusan ini butuh waktu minimal 8 tahun. Anehnya, dalam keadaan begitu, ada proposal beasiswa dari PERTAMINA. Singkat kata, saya diterima, tapi harus di jurusan yang sama. Saya berpikir pendek. "Dari pada  8 tahun kuliah, lebih baik kuliah dengan waktu yang lebih singkat," Begitu pikirku. Saya terpaksa kuliah di jurusan yang tidak sukai hingga selesai studi di luar negeri.
Setelah lulus kuliah, saya diterima bekerja di Marathon Petroleum Indonesia Ltd. Saya ditugaskan di Departemen Engineering. Namun, hanya tiga saya punya gairah kerja. Kinerja tidak begitu menonjol. Delapan tahun saya 'mengembara di padang pasir', mengerjakan pekerjaan yang tidak sesuai dengan bakat.
Pada tahun 1996, saya meminta biar dipindahkan ke bab Sumber Daya Manusia (SDM), pekerjaan yang sudah saya pertimbangkan semenjak mulai kerja. Menejemen menyetujui permohonan saya. Gairah kerja mulai muncul sekalipun tidak semulus yang saya harapkan. Sampai hari ini pemikiran mengerjakan pekerjaan sesuai talenta terus tertanam dalam pikiran saya

Renungan:                                               
·         Bila Anda ingin kuliah, pilihlah jurusan yang sesuai dengan talenta Anda. Ini jadi bekal untuk menentukan pekerjaan sesuai dengan bakat. Hindari menentukan jurusan alasannya alasan uang atau mudah-mendapat-kerja.
·         Bila Anda telah mengambil jurusan yang salah, pertimbangkanlah untuk mengganti jurusan.
·         Bila sudah bekerja dan kinrja tidak begitu menonjol, pertimbangkanlah untuk mengganti pekerjaan. Ambillah langkah-langkah untuk menentukan pekerjaan sesuai talenta Anda.

B.  SOLUSI

Memilih jurusan kuliah pada dasarnya merupakan sebuah proses yang sudah dimulai semenjak masa anak-anak. Kesempatan, stimulasi, pengalaman apa saja yang diberikan pada anak semenjak kecil secara optimum dan konsisten, itu akan menjadi bekal, modal dan fondasi minat dan bakatnya. Makin banyak dan luas exposure-nya, makin anak tahu banyak ihwal dirinya, tapi makin sedikit exposure nya, makin sedikit juga pengetahuan anak ihwal dirinya. Menurut Gunadi et al, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pemilihan jurusan biar jurusan yang dipilih tepat, yaitu:
1.      Mencari informasi secara detil mengenai jurusan yang diminati. Sebelum menentukan jurusan, hendaknya anak punya informasi yang luas dan detil, mulai dari ilmunya, mata kuliahnya, praktek lapangan, dosen, universitasnya, komunitas sosialnya, acara kampusnya, biaya, alternative profesi kerja, kualitas alumninya, dan sebagainya.
2.      Menyadari bahwa jurusan yang dipilih hanya merupakan salah satu anak tangga awal dari dari proses pencapaian karir. Anak perlu tahu realitanya, bahwa jurusan yang dipilih tidak menjamin kesuksesan masa depannya. Jangan dikira bahwa dengan kuliah di jurusan tersebut maka hidupnya kelak past sukses menyerupai yang di iklankan.
3.      Jurusan yang dipilih sebaiknya sesuai dengan kemampuan dan minat siswa yang bersangkutan. Jika seorang siswa menentukan jurusan sesuai dengan kemampuan dan minatnya, maka dirinya akan bisa bertahan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama kuliah, namun bila dirinya tidak mempunyai kemampuan dan minat dalam jurusan yang dipilih, bisa mempengaruhi  motivasi belajar seperti yang telah dijelaskan di atas.
4.      Berpikiran jauh ke depan melihat konsekuensi dari setiap pilihan, apakah bisa menjaga komitmen dan konsekuensi kerja sebagai jawaban dari pilihan itu? Di setiap pilihan niscaya ada konsekuensi profesi, jangan hingga ingin punya status tapi tidak ingin menjalani konsekuensinya. Jangan hingga ingin jadi dokter tapi tidak siap mendapat panggilan mendadak tengah malam dari pasiennya; ingin jadi tentara tapi takut berperang; ingin jadi guru tetapi tidak sabar / tidak bahagia disuruh menghadapi anak murid. Jadi, kalau sudah punya cita-cita, siapkan mental, fisik dan komitmen untuk mau belajar menghadapi tantangannya.
5.      Jurusan yang dipilih sebaiknya sesuai dengan impian anak. Setiap anak niscaya mempunyai cita-cita. Jika anak bercita-cita menjadi psikolog maka sebaiknya menentukan jurusan psikologi bukan jurusan sosiologi atau yang lainnya. Jika ingin menjadi dokter, ya harus mengambil kuliah kedokteran. Pelajari bidang studi yang mempunyai beberapa proses. Misalnya, anak kelak ingin menjadi dokter bedah, maka terlebih dahulu harus menjalani kuliah di kedokteran umum.
6.      Menyiapkan beberapa alternatif. Alangkah baiknya bila anak mempunyai lebih dari satu alternative untuk menjaga bila dirinya tidak masuk di alternative pertama, maka masih ada kesempatan di alternative berikutnya. Pemilihan alternative studi harus pun diupayakan yang masih sesuai dengan minat dan kemampuan anak, bukan alasannya pilihan yang paling besar kemungkinan diterima padahal tidak sesuai minat.
Kuliah membutuhkan banyak biaya dan waktu yang tidak sebentar. Maka, selagi masih belum terlanjur, memilih jurusan kuliah harus memang benar-benar sempurna untuk anda, jangan hingga nantinya putus ditengah jalan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Islam masuk ke indonesia lengkap dengan budayanya. karena islam berasal dari jazirah arab, maka islam masuk ke indonesia tidak terlepas dari budayanya arab. Kedatangan islam dengan segala komponen budayanya secara damaik lebih menarik simpati sebagian besar masyarakat indonesia. Sejarah awal perkembangannya, islam di indonesia telah menerima akomodasi budaya. Karena islam sebagai agama memang banyak memberikan norma-norma aturan tentang kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Bila dilihat kaitan islam dengan budaya, paling tidak ada dua hal yang perlu diperjelas islam sebagai konsepsi sosial budaya, dan islam sebagai realitas budaya. Namun, islam juga menganut nilai-nilai yang lain yaitu nilai illahi dan nilai akhlak. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan islam adalah suatu konsep pendidikan yang dibangun berdasarkan ajaran agama islam yang dimana sebagai landasan etika dan moral anak didik dalam pendidikan agama islam. Karena nilai yang terpenting adalah nilai akh

Kekerasan psikis

Kekerasan Psikis Kekerasan, tidak melulu hanya kekerasan fisik semata. Banyak kasus khususnya kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), di mana pelaku tidak pernah melakukan pemukulan dan kekerasan fisik lain, namun akibat dari perbuatan pelaku, korban mengalami penderitaan yang berat. Kekerasan psikologis, atau dalam pasal 7 Undang-undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga disebut sebagai kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Sebagai contoh, kasus yang dialami ibu A yang merasa suaminya selalu mendiamkannya, dan bila berkata-kata merendahkan ibu A. Suami tidak mau menyapa apalagi menyentuhnya, sampai akhirnya ibu A membakar diri. Suami ibu A tidak pernah melakukan kekerasan fisik. Namun tindakan suami dengan selalu mendiamkan membuat ibu A tidak percaya diri. Ibu A juga semakin mera